BAB I
BESARAN DAN SATUAN
A. STANDAR KOMPETENSI
Menerapkan konsep besaran fisika, menuliskan dan
menyatakannya dalam satuan dengan baik dan benar (meliputi lambang, nilai, dan
satuan).
B. Kompetensi Dasar
1.
Mengukur
besaran-besaran fisika dengan alat yang sesuai dan mengolah data hasil dengan
menggunakan aturan angka penting.
Indikator
:
a.
Menyiapkan instrumen
secara tepat serta melakukan pengukuran dengan benar berkaitan dengan besaran
pokok panjang, massa, waktu, dengan mempertimbangkan aspek ketepatan (akurasi),
kesalahan matematis yang memerlukan kalibrasi, ketelitian (presisi) dan
kepekaan (sentitivitas)
b.
Membaca nilai yang
ditunjukan alat ukur secara tepat, serta menuliskan hasil pengukuran sesuai
aturan penulisan angka penting disertai ketidakpastiannya (batas ketelitian
alat) dengan tepat.
c.
Mendefinisikan angka
penting dan menerapkannya.
d.
Menjelaskan
pengertian tentang kesalhan sistematik dan acak serta memberikan contohnya.
e.
Menghitung kesalahn
sistematik dalam pengukuran.
f.
Mengolah data hasil
pengukuran dan menyajikannya dalam bentuk grafik dan mampu menarik kesimpulan
tentang besaran fisis yang diukur berdasarkan hasil yang telah disajikan dalam
bentuk grafik, serta mampu memberikan rumusan matematis sederhana (linier)
untuk besaran fisis yang disajikan dalam bentuk grafik.
2.
Membedakan besaran
pokok dan besaran turunan beserta satuannya.
Indikator
:
a.
Membadingkan besaran
pokok dan besaran turunan serta dapat memberikan contohnya dalam kehidupan
sehari-hari.
b.
Menerapkan satuan
besaran pokok dalam sistem Internasional
3.
Memprediksi dimensi
suatu besaran dan melakukan analisis.
Indikator
:
a.
Menentukan dimensi
suatu besaran pokok.
b.
Menerapkan analisis
dimensional dalam pemecahan masalah.
C. Kompetensi Dasar :
4.
Melakukan penjumlahan
dan perkalian dua buah vektor.
a.
Merumuskan dua buah
vektor atau lebih dengan metoda jajaran genjang dan poligon
b.
Menjumlahkan dua buah
vektor yang segaris atau membentuk sudut secara grafis dan menggunakan rumus
cosinus.
c.
Menguraikan sebuah
vektor dalm bidaang datar menjadi dua buah vektor komponen yang saling tegak
lurus.
d.
Menghitung hasil
perkalian dua buah vektor dengan cara perkalian titik.
e.
Menghitung hasil
perkalian dua buah vektor dengan cara perkalian silang.
D. Materi
Motivasi
Ukurlah waktu yang diperlukan kereta dinamik (trolly)
untuk bergerak dari A ke B, lakukan beberapa kali. Samakah waktu yang dperlukan
setiap kali pengukuran? Jadi waktu yang manakah yang benar? Bagaimana cara yang
benar untuk menentukan waktu yang diperlukan kereta dinamik dari A ke B?
1. Pengukuran
Pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang diukur
dengan besaran yang dinyatakan dengan angka dan ditetapkan sebagai satuan. Misalnyha
untuk pengukuran panjang sutau benda dapat menggunakan mistar, mikrometer, mikro
ulir, dan jangka sorong. Dalam melakukan pengukuran suatu besaran fisis dengan
menggunakan alat ukur tidak mungkin mendapatkan nilai yang tepat (akurasi), ini
disebabkan oleh adanya kesalahan dalam pengukuran. Kesalahan adalah perbedaan
antar suatu nilai yang diukur dengan nilai yang sebenarnya, sehingga terjadi
penyimpangan nilai yang diukur dari nilai yang benar
Kesalahn dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu
kesalhan umum, kesalahan sistematis, dan kesalahan acak.
1.
Kesalahan umun lebih
disebabkan karena pengamatan, kurang terampil dalam penggunaan alat dan
pembacaan pada skala yang kecil.
2.
Kesalahan sistematis
dapat timbul karena oleh beberapa faktor antara lain: kesalahan kalibrasi,
kesalhan titik nol, kesalahan komponen yang terkait, dan kesalahan pada
pembacaan nilai skala dan lingkungan sekitarnya.
3.
Kesalahan acak
disebabkan oleh adanya fluktasi-fluktaasi pada kondisi-kondisi pengukuran,
misalnya perubahan tekanan udara disekitar tempat memanaskan air.
a.
Teori
Akurasi Pengukuran
Dalam
pengukuran ada kesalahan batas atau kesalahan garansi yaitu batas-batas
penyimpangan dari nilai yang telah ditetapkan.
Contoh
:
hambatan:
500 Ω ± 10%
Berarti
hambatan tersebut adalah 490 Ω sampai dengan 510 Ω
Dari
hasil percobaan diperoleh nilai pengukuran :
X = (Xo ± X) [satuan
besaran yang diukur]
X = laporan hasil
Xo = hasil
pengukuran
X = ketidakpastian
b.
Ketidakpastian Pada
Pengukuran Tunggal
Adalah
pengukuran yang dilakukan satu kali saja. Dalam pengukuran ini sebagai
pengganti Xo adalah hasil pengukuran itu sendiri yaitu X. Sedangkan
ketidakpastiannya pada pengukuran tunggal sama dengan setengah skala terkecil.
X = ½ skala terkecil
Ketidakpastian
pada pengukuran berulang dalam pengukuran ini dilakukan berkali-kali sehingga
harus dicari rata-rata samole (X). Sehingga ketidakpastian X dapat dinyatakan
oleh simpangan baku nilai rata-rata sample.
2. Angka Penting
Adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran,
yang terdiri dari angka eksak dan satu angka terakhir yang ditaksir
(diragukan).
a.
Aturan Angka Penting
1)
Semua angka bukan nol
adalah angka penting.
2)
Angka nol yang
terletak di antara dua angka bukan nol termasuk angka penting.
3)
Angka nol yang
terletak pada deretan akhir dari angka-angka yang ditulis di belakang koma
desimal termasuk angka penting.
4)
Angka-angka nol yang
digunakan hanya untuk tempat titik desimal adalah bukan angka penting.
5)
Bilangan-bilangan
puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya yang memiliki angka-angka nol pada
deretan akhir harus dituliskan dalam notasi ilmiah agar jelas apakah
angka-angka nol tersebut adalah angka penting atau bukan.
Contoh
: menentukan banyaknya angka penting
1.
345,5 gram memiliki
empat angka penting.
2.
35,006 kilogram
memiliki lima angka penting
3.
0,007 centimeter
memiliki satu angka penting
4.
0,0080 meter memiliki
dua angka penting
Mempelajari fisika diperlukan pengukuran-pengukuran baik
dari angka kecil sampai yang besar, seperti misalnya massa elektron dan massa
bumi. Oleh karena itu diperlukan notasi untuk mempermudah dalam menulisnya
yaitu :
a,...........x 10n
dimana :
a = adalah bilangan asli dan bilangan penting
n = adalah eksponen dan bilangan bulat dan 10n
orde besar
contoh :
1.
massa elekrton
kira-kira 0,000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 911 kg dapat ditulis 9,11 x
10-31 kg
2.
massa bumi kira-kira
6,000 000 000 000 000 000 000 000 kg dapat ditulis 6 x 1024 kg
b.
Penjumlahan dan
Pengurangan
Hasil penjumlahan dan pengurangan hanya mempunyai satu
angka yang diragukan.
Contoh soal :
1)
Jumlahkan 28.500 kg +
7.950 kg
2)
Jumlahkan 16,28 g +
0,418 g + 42,2 g
3)
Kurangi 630 m – 365 m
3. Besaran Fisis
Adalah sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan
dengan angka. Besaran fisis dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a.
Besaran Pokok
Adalah
besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan sebagai landasan
terbentuknyavbesaran-besaran lain. Ada tujuh besaran pokok fisika dalam satuan
internasional adalah : panjang (L), massa (M), waktu (T), suhu (K), kuat arus
listrik (I), Intensitas Cahaya (C), jumlah zat (N).
b.
Besaran Turunan
Adalah
besaran yang dibentuk dan diturunkan dari besaran pokok misalnya luas (A),
volume (V), massa jenis (p), kecepatan (v), percepatan (a), gaya (F).
c.
Dimensi
Adalah
suatu besaran yang menunjukkan cara besaran itu terbentuk oleh besaran pokok.
Volume balok adalah hasil kali panjang, lebar dan tinggi, sebenarnya merupakan
besaran-besaran yang sama. Dengan lambang dimensi dibawah ini, vdapat
ditentukan besaran turunan dan dimensinya.
Tabel 1.1 Besaran
pokok, satuan, dan dimensinya
no
|
Besaran
Pokok
|
Satuan
|
Dimensi
|
1
|
Massa
|
Kg
|
[M]
|
2
|
Panjang
|
m
|
[L]
|
3
|
Waktu
|
s
|
[T]
|
4
|
Arus
listrik
|
I
|
[I]
|
5
|
Suhu
|
K
|
[teta]
|
6
|
Jumlah
zat
|
mol
|
[N]
|
7
|
Intensitas
cahaya
|
Cd
|
[J]
|
Contoh
:
Dimensi
dari :
1. Volume
V
= panjang x lebar x tinggi
V
= L x L x L
V
= L3 jadi dimensi dari volume adalah L3
4. Besaran Vektor
Adalah besaran yang selain mempunyai
besar tapi juga mempunyai arah.
Contoh :
Perpindahan, gaya, berat, kecepatan,
percepatan
Dua buah vektor dikatakan sama, jika
kedua vektor itu besar dan arahnya sama, dua buah vektor dikatakan saling
berlawanan jika kedua buah vektor itu besarnya sama tapi arahnya saling
berlawanan.
a. Menjumlahkan
vektor
Melukis
jumlah (resultan) antara dua vektor masing-masing v1 dan v2
dapat dilakukan dengan dua metode yaitu: penjumlahan dengan cara jajaran
genjang dan penjumlahan dengan cara poligon atau segi banyak.
b. Pengurangan
Vektor
Pada
prinsipnya, pengurangan vektor sama dengan penjumlahan vektor negatif.
Pengurangan vektor dilakukan dengan cara membuat vektor –b (vektor yang
besarnya sama dengan b, segaris kerja, tetapi arahnya berlawanan). Selisih
vektor a dan b adalah: R = a – b = a + (-b)
5. Pengayaan
a. Vektor
Satuan
Vektor
satuan adalah vektor yang besarnya satu satuan
1. Vektor
Satuan dalam Bidang
Telah
kita ketahui sebagaimana bahwa vektor dalam bidang dapat diuraikan menjadi
komponen-komponen vektor pada sumbu x dan sumbu y. Vektor satuan ke arah sumbu
x dilambangkan i dan vektor satuan ke arah sumbu y dilambangkan j.
2. Vektor
Satuan dalam Ruang
Sebuah
vektor dalam ruang rapat diuraikan menjadi momponen vektor pada sumbu x (dari
kiri ke kanan), sumbu y (dari atas ke bawah), dan sumbu z (dari depan ke
belakang). Vektor satuan ke arah sumbu x dilambangkan i, ke arah sumbu y
dilambangkan j, dan ke arah sumbu z dilambangkan k.
0 komentar:
Posting Komentar