Modul II
Perancangan dan Pengukuran Kerja
Kompetensi pokok bahasan :
·
Mampu melakukan pengukuran kerja, prosedur
pengukuran kerja dengan beberapa metode pengukuran kerja (stop watch dan
sampling kerja).
·
Mampu melakukan evaluasi dan perbaikan metode
kerja.
·
Mampu melaksanakan perancangan fasilitas dan
alat kerja.
Analisis Perancangn Kerja (Method Engineering)
Tujuan
dari method engineering adalah melakukan perbaikan metode kerja disetiap bagian
untuk meningkatkan fleksibilitas sistem kerja, kepuasan pelanggan dan
meningkatkan produktivitas kerja.
Studi Kerja (work Study)
Perbaikan
proses, prosedur dan tata cara pelaksanaan penyelesaian pekerjaan. Perbaikan
dan penghematan penggunaan material, mesin/fasilitas kerja serta tenaga kerja. Perbaikan tata ruang kerja yang mampu memberikan
suasana kerja/lingkungan kerja yang lebih aman dan nyaman. Pendayagunaan usaha
manusia dan pengurngan gerakan-gerakan (motion) kerja yang tidak perlu ataupun
penyederhanaan kerja (work simplification).
Tujuan
penyederhanaan kerja adalah mencari cara kerja yang terbaik (lebih mudah, lebih
cepat, efisien, efektif, dan menghindari pemborosan material, waktu, tenaga
dll). Lima langkah penyederhanaan kerja :
1. Memlilih kegiatan kerja : yaitu kegiatan
yang tidak efisien atau kegiatan yang penyelesaiannya lambat dan ingin
diperbaiki.
2. Pengumpulan dan pencatatan data / fakta
yang berkaitan dengan metode kerja yang selama ini dilaksanakan : informasi
yang berkaitan dengan urutan kegiatan, gerakan-gerakan kerja, layout dll.
3. Analisa terhadap langkah-langkah kerja. Langkah-langkah
yang tidak efisien dicari sebab-sebabnya.
4. Usulan alternatif metode kerja yang lebih
baik diusulkan MK yang dianggap efisien dan efektif, sebelum usulam diputuskan
terlebih dahulu di uji coba.
5. Aplikasi dan evaluasi metode kerja baru. Pengaplikasian
alternatif MK yang lebih baik untuk menggantikan metode yang lama, evaluasi.
Macam-Macam Peta Kerja
Peta proses operasi
- Peta proses operasi
- Diagram aliran
- Peta pekerja dan mesin
- Peta tangan kiri dan tangan kanan
Peta proses operasi
Diagram
yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku
meengenai urut-urutan operasi dan pemeriksaan. Kegunaan peta aliran proses :
1. Mengetahui aliran bahan mulai masuk
proses sampai aktivitas berakhir.
2. Mengetahui jumlah kegiatan yang dialami
bahan selama proses berlangsung.
3. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan
proses atau metode kerja.
4. Memberikan informasi waktu penyelesaian
suatu proses.
Perbedaan peta proses operasi dan peta aliran
proses :
1. Peta aliran proses memperlihatkan semua
aktivitas-aktivitas dasar termasuk transportasi, menunggu dan penyimpanan. Sedangkan
peta proses operasi terbatas pada operasi dan pemeriksaan saja.
2. Peta aliran proses menganalisa setiap
komponen yang diproses secara lebih lengkap dibandingkan peta proses operasi.
3. Peta aliran proses tidak bisa digunakan
untuk menggambarkan proses perakitan secara keseluruhan.
4. Peta aliran proses hanya menggambarkan
dan digunakan untuk menganalisa salah satunkomponen dari produk yang dirakit.
Pengukuran kerja (Work Measurement)
1. Suatu aktivitas untuk menentukan waktu
rata-rata yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki skill rata-rata
dan terlatih) dalam melaksanakan kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja
yang normal.
2. Kriteria pengukuran kerja adalah
pengukuran waktu (time study), yaitu waktu standar atau waktu baku.
Pengukuran waktu :
1. Pengukuran waktu secara langsung :
·
Pengukuran dengan stopwatch
·
Sampling kerja
2. Pengukuran waktu secara tidak langsung :
·
Data waktu baku
·
Data waktu gerakan, dll.
Pengujian Data
·
Uji kecukupan data
Untuk memastikan
bahwa data yang telah dikumpulkan telah cukup secara objektif. Pengujian
kecukupan data dilakukan dilakukan dengan berpedoman pada konsep statistik,
yaitu derajat ketelitian dan tingkat keyakinan/kepercayaan. Derajat ketelitian
dan tingkat keyakinan adalah mencerminkan tingkat kepatian yang diinginkan oleh
pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran dalam jumlah banyak
(populasi).
·
Derajat ketelitian (degree of accuracy)
Menunjukkan
penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya.
·
Tingkat keyakinan (convidence level)
Menunjukkan besarnya keyakinan pengukur
akan ketelitian data waktu yang telah diamati dan dikumpulkan.
Penyesuain (Rating Factor)
Sering terjadi bahwa operator dalam
melakukan pekerjaannya tidak selamanya bekerja dalam kondisi wajar,
ketidakwajaran dapat terjadi misalnya tanpa kesungguhan, sangat cepat
seolah-olah diburu waktu, atau karena terjadi kesulitan-kesulitan sehingga
menjadi lamban dalam bekerja.
Bila terjadi demikian maka pengukur harus
mengetahui dan menili seberapa jauh ketidakwajaran tersebut dan pengukur harus
menormalkannya dalam melakukan penyesuaian.
Penyesuaian dapat dilakukan dengan
mengalikan waktu siklus rata-rata dengan faktor penyesuaian (p).
Tiga kondisi faktor penyesuaian yaitu :
-
Bila operator bekerja diatas normal (terlalu
cepat), maka harga p nya lebih besar dari satu (p > 1).
-
Bila operator bekerja dengan wajar, maka harga
p nya sama dengan satu (p = 1).
-
Bila operator bekerja dibawah normal, maka
harga p nya kurang dari satu (p < 1)
Metode-metode untuk menentukan penyesuaian :
1. The westing house system
Sistem ini
dikembangkan westing house electric corporation dengan mempertimbangkan empat
faktor yaitu keterampilan, usaha, kondisi, dan konsistensi.
2. Synthetic rating
Dikembangkan oleh
morrow, synthetic rating mengevaluasi kecepatan operator dari nilai waktu
gerakan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.
3. Speed/performance rating
Sistem ini
mengevaluasi performansi dengan mempertimbangkan tingkat keterampilan persatuan
waktu saja.
4. Objective rating
Dikembangkan oleh munder dan danner,
metode ini tidak hanya menentukan kecepatan aktivitas, tetapi juga
mempertimbangkan tingkat kesulitan pekerjaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kesulitan pekerjaan adalah jumlah anggota badan yang digunakan, pedal
kaki, penggunaan kedua tangan, penanganan bobot.
Kelonggaran (allowance)
Adalah faktor koreksi yang harus
diberikan kepada waktu kerja operator, karena operator dalam melakukan
pekerjaannya sering terganggu pada hal-hal yang tidak diinginkan namun bersifat
alamiah, sehingga waktu penyelesaian menjadi lebih panjang (lama).
Kelonggaran dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu :
1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Kegiatan yang
termasuk kebutuhan pribadi : minum untuk menghilangkan rasa haus, pergi ke
kamar kecil, bercakap-cakap dengan sesama pekerja,dll.
2. Kelonggaran untuk menghilangkan kelelehan
(fatique)
Rasa fatique
tercermin anatara lain dari menurunnya hasil produksi. Bila fatique ini
berlangsung terus maka akan terjadi fatique total, yaitu anggota badan tidak
dapat melakukan gerakan kerja sama sekali, untuk mengurangi kelelehan si
pekerja dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa sehingga lambatnya
gerakan-gerakan kerja ditujukan untuk menghilangkan rasa fatique tersebut.
3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang
tidak dapat dihindari. Beberapa kelonggaran untuk hambatan tak terhindarkan :
-
Menerima atau meminta petunjuk pada petugas.
-
Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti
mengganti alat potong (komponen) yang patah, memasang kembali komponen yang
lepas, dll.
-
Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan
khusus dari gudang.
-
Mesin berhenti karena aliran listrik mati, dll.
Waktu Baku (waktu standar)
Setelah penentuan penyesuaian dan
kelonggaran, maka untuk menghitung waktu baku dapat menggunakan formulasi
sebagai berikut :
WB = [ W siklus x RF ] x 100 / 100 - ALL
Keterangan :
WB = waktu baku
RF = penyesuaian (rating
factor/performance rating)
All = kelonggaran (allowance)
Pengukuran Waktu Dengan Sampling Kerja
Melakukan pengamatan dengan mengamati
apakah tenaga kerja dalam kondisi kerja atau menganggur.
Pengamatan tidak dilakukan secara
terus-menerus melainkan hanya sesaat pada waktu yang telah ditentukan secara
acak/random.
Melakukan kunjungan ke tenaga kerja yang
akan diukur waktunya secara acak, yaitu setiap kali kunjungan dengan selang
waktu yang tidak sama dan didasarkan pada bilangan random yang dikonversi ke
satuan waktu.
Misal,
kunjungan dilakukan sebanyak 100 kali dengan waktu pengamatan secara acak dan
90 kali pengamatan tenaga kerja dalam kondisi kerja/sibuk, maka porsentase tenaga
kerja dalam kondisi sibuk adalah 90/100 = 0,9. Tenaga kerja dalam kondisi
idle/menganggur adalah 10/100 = 0,1.
0 komentar:
Posting Komentar